BM31News
BM31News

BM31News BM31News BM31News

Menjaga Kesehatan Pasca Idul Qurban

Perayaan Idul Qurban tidak hanya sarat nilai spiritual, tetapi juga menuntut kesadaran akan pentingnya pola konsumsi yang sehat guna menjaga kesehatan masyarakat.

Oleh: A. Miftahul Khair Imran, S.Kep., Ns., M.Kep

Idul Qurban adalah momen sakral yang tidak hanya merefleksikan ketaatan spiritual umat Islam, tetapi juga menjadi wadah ekspresi nilai sosial dalam bentuk berbagi dan kepedulian terhadap sesama. Peristiwa agung ini mengajak umat Islam untuk meneladani ketulusan Nabi Ibrahim ‘alaihissalam dan keikhlasan Nabi Ismail dalam menerima perintah ilahi. Namun, di balik perayaan yang penuh syukur dan kebersamaan ini, terdapat aspek penting yang kerap terabaikan, yakni aspek kesehatan pasca-konsumsi daging qurban.

Peningkatan konsumsi daging merah, seperti sapi dan kambing, menjadi fenomena umum selama dan setelah Idul Adha. Meskipun daging merah merupakan sumber protein hewani yang baik serta mengandung zat besi, vitamin B12, dan nutrien penting lainnya, konsumsinya dalam jumlah besar tanpa kontrol dapat berdampak buruk terhadap kesehatan. Bagian daging yang tinggi lemak jenuh berkontribusi terhadap peningkatan kadar kolesterol LDL (kolesterol jahat), yang berisiko menimbulkan penyakit jantung, hipertensi, hingga stroke.

Data dari National Heart, Lung, and Blood Institute (2024) menunjukkan bahwa konsumsi berlebihan makanan tinggi lemak jenuh merupakan faktor risiko utama penyakit kardiovaskular. World Health Organization (2022) bahkan menegaskan bahwa pola makan tinggi lemak hewani yang tidak disertai serat dan aktivitas fisik dapat memperburuk metabolisme tubuh dan meningkatkan insidensi penyakit degeneratif.

Hal yang lebih memprihatinkan adalah kecenderungan masyarakat untuk menyantap hidangan berbahan dasar daging qurban secara berulang tanpa memperhatikan kandungan gizi dan metode pengolahan yang sehat. Dalam konteks ini, prinsip moderasi atau wasathiyah menjadi sangat relevan, baik dari sudut pandang kesehatan maupun teologi. Mengendalikan porsi makan bukan berarti mengurangi esensi ibadah, tetapi justru memperkuat makna qurban sebagai bentuk pengendalian diri dan kepedulian terhadap amanah tubuh yang telah dianugerahkan Allah SWT.

American Heart Association (2022) merekomendasikan pemilihan potongan daging rendah lemak serta teknik memasak seperti memanggang tanpa minyak berlebih, merebus, atau mengukus. Selain itu, Harvard T.H. Chan School of Public Health (2023) menyarankan konsumsi daging merah sebaiknya diimbangi dengan asupan tinggi serat dari sayuran, buah, dan biji-bijian utuh guna membantu menurunkan kadar kolesterol serta memperlancar sistem pencernaan.

Pendapat para pakar turut memperkuat urgensi ini. Dr. Andi Pramudya, SpJP, seorang spesialis jantung dan pembuluh darah, menyatakan bahwa “Mengonsumsi daging merah dalam jumlah berlebihan dapat meningkatkan kadar kolesterol jahat (LDL) dan trigliserida dalam darah, yang berisiko memicu hipertensi dan penyakit jantung. Oleh karena itu, penting untuk segera mengimbangi dengan konsumsi makanan kaya serat seperti sayuran dan buah-buahan.” Hal senada juga diungkapkan oleh Dr. Lestari Wulandari, ahli gizi klinis, yang menekankan pentingnya aktivitas fisik pasca-Idul Qurban. “Olahraga ringan seperti berjalan kaki selama 30 menit dapat membantu menurunkan kadar kolesterol dan tekanan darah, serta menjaga keseimbangan metabolisme tubuh,” tuturnya.

Selain pengendalian konsumsi daging, aspek lain yang perlu diperhatikan adalah cara pengolahan. Hidangan berbasis santan, minyak berlebih, dan jeroan sebaiknya dibatasi, mengingat kandungan lemak jenuh dan kolesterolnya yang tinggi. Laporan Ciputra Life dan RRI (2023) mencatat adanya peningkatan signifikan kasus kolesterol tinggi pasca-Idul Adha akibat konsumsi berlebih tanpa disertai edukasi gizi. Kementerian Kesehatan RI (2023) pun mengingatkan masyarakat untuk menerapkan prinsip gizi seimbang dan tidak terjebak dalam pola makan musiman yang tidak terkendali.

Dalam konteks pembangunan kesehatan masyarakat, Idul Qurban seharusnya dimaknai lebih luas, tidak hanya sebagai ibadah yang berorientasi spiritual, tetapi juga sebagai momentum untuk memperkuat literasi gizi dan gaya hidup sehat. Kesadaran ini perlu diinternalisasi baik oleh individu, keluarga, maupun komunitas sosial. Kampanye edukasi gizi, peningkatan kesadaran masyarakat tentang pola makan sehat, serta dorongan terhadap aktivitas fisik perlu digencarkan oleh tenaga kesehatan dan instansi terkait, khususnya selama periode perayaan keagamaan.

Akhirnya, keseimbangan antara aspek spiritual dan jasmani dalam perayaan Idul Qurban merupakan bentuk ideal dari praktik keberagamaan yang utuh. Moderasi dalam mengonsumsi daging bukanlah bentuk pembatasan kenikmatan, melainkan wujud tanggung jawab terhadap kesehatan diri dan masyarakat. Nilai qurban sejatinya adalah simbol pengorbanan, pengendalian diri, dan kepedulian nilai-nilai yang juga selaras dengan prinsip kesehatan preventif dan promotif. Oleh karena itu, mari jadikan semangat qurban sebagai inspirasi untuk membangun pola hidup sehat, seimbang, dan berkelanjutan.

Loading


Dapatkan berita terbaru dari BM31News.com langsung di ponsel Anda! Klik untuk bergabung di Channel WhatsApp dan Telegram kami sekarang juga.
BM31News BM31News BM31News BM31News BM31News BM31News BM31News BM31News BM31News