BM31News
BM31News
BM31News
BM31News BM31News

Unpatti Kaji Rencana Aksi Daerah untuk Penghapusan Mercuri di Maluku

Ambon, – Universitas Pattimura melakukan penandatanganan Nota Kesepahaman dengan Yayasan Fokus Nexus Tiga yang berlangsung di Ruang Rapat Rektor lantai 3 Rektorat Universitas Pattimura Senin (2/9/24).

Penandatanganan tersebut dilakukan oleh Yuyun Ismawati Drwiega sebagai perwakilan Yayasan Fokus Nexus Tiga selaku dan Fredy Leiwakabessy mewakili Unpatti.

BM31News

MoU tersebut bertujuan melakukan Pengumpulan Sampel dan Penyusunan Kajian Teknis untuk Penyusunan Rencana Aksi Daerah Pengurangan dan Penghapusan Mercuri di Provinsi Maluku.

Selain itu penandatanganan ini juga bertujuan untuk mengoptimalkan prinsip kemitraan yang saling memberikan manfaat.

Rektor Unpatti, Fredy Leiwakabessy mengeukakan bahwa Unpatti sudah banyak menjalin kerjasama di dalam negeri maupun di luar negeri, baik dengan institusi pemerintah, swasta dan juga NGO lainnya.

BM31News

Menurutnya, Maluku saat ini memiliki sumberdaya alam yang melimpah, seperti emas, nikel dan marmer, namun untuk mengelolanya masyarakat belum dapat memahami secara substansi apakah dapat membawa dampak bagi masyarakat dan juga lingkungan sekitar.

Dikatakan, edukasi terhadap hal tersebut tentunya perlu dilakukan lewat dukungan dari berbagai pihak, namun juga dibutuhkan dukungan secara akademik maupun ilmiah.

Dirinya berharap kerjasama yang dilakukan dapat diimplementasikan bersama, serta dapat mendatangkan hasil yang baik bagi Masyarakat.

Sementara itu, Wakil Ketua, Yuyun Ismawati Drwiega mengatakan, Nexus Foundation for Environmental, Health, and Development atau Nexus3 Foundation sebelumnya dikenal sebagai Balifokus Foundation adalah lembaga yang bekerja untuk melindungi masyarakat publik, terutama populasi yang rentan, dampak pembangunan pada kesehatan dan lingkungan masyarakat.

Nexus3 bekerja menuju masa depan yang adil, bebas beracun dan hidup berkelanjutan. Indonesia merupakan produsen merkuri yang ada di dalam negeri sehingga kegiatan tambang emas masih sangat massif, dimana pada awal tahun 2015 hingga tahun 2016, harga mercuri masih terbilang murah dengan harga 250.000 per kilo.

“Hal inilah yang membuat kami melakukan studi tentang perdagangan Mercuri di Indonesia. Kami juga melakukan identifikasi para pedagang dan kami mengamati bahwa banyak mercuri yang mulai diambil/disita dikarenakan banyak anak-anak yang lahir cedera/cacat. Dari kasus tersebut mendorong kami juga untuk membuat sebuah program baru yaitu CHIME, Children’s Health Interventions in Mercury-polluted Environment,” terangnya.

Dijelaskannya bahwa CHIME merupakan sebuah program inisiatif untuk meningkatkan kesehatan anak-anak di daerah pertambangan emas skala kecil rakyat yang telah terkontaminasi mercuri dari kegiatan penambangan emas. Tujuan keseluruhan program ini adalah untuk menegakkan hak anak untuk hidup di lingkungan yang sehat melalui kegiatan peningkatan kesadaran, advokasi, serta peningkatan kapasitas bagi wanita usia subur, pemuda, guru dan petugas kesehatan untuk mencegah keracunan mercuri dari kegiatan penambangan emas. (BM31)

Ikuti BM31News untuk mendapatkan artikel-artikel terkini,
Klik DISINI
Penulis: Humas UnpattiEditor: Jems Beniko