Ambon, – Program Studi Pendidikan Sejarah Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Pattimura gelar seminar internasional dengan tema “Reconstructing Historical Narratives Innovation and Perspectives In History Education” dengan menghadirkan narasumber Gabor Bisco (Guru Besar University of Debrecen Hungary), Sari Yatun (Guru Besar Universitas Sebelas Maret) dan Ron Habiboe dari Leiden University Belanda, pada Senin (28/10/24) di Aula Rekotorat Universitas Pattimura.
Kegiatan ini dilaksanakan dalam rangkaian peringatan Hari Sumpah Pemuda ke-96 serta memberikan motivasi dan menginspirasi mahasiswa tentang semangat kaum muda Indonesia dan tentunya berdampak pada peningkatan kualitas dan mutu pendidikan di program studi pendidikan sejarah.
Rektor Universitas Pattimura Fredy Leiwakabessy dalam sambutannya sekaligus membuka dengan resmi kegiatan tersebut mengatakan bahwa berbicara tentang pendidikan sejarah tidak bisa dilepas pisahkan dari konsep tempat, waktu dan peristiwa. “Kebiasaan kita akan mempengaruhi cara berpikir untuk melihat lingkungan kita secara komperhensif,” ungkap Leiwakabessy.
Dikatakan, bahwa seminar internasional ini akan membangun konstruksi berpikir tentang berbagai kebijakan terkait kearifan lokal yang ada dan yang menjadi ciri khas dan karakteristik untuk berkembang lebih jauh.
Hasil dari penelitian dan riset tersebut dapat di diskusikan serta publikasi lewat dalam forum-forum seperti ini baik level daerah, nasional maupun internasional. Rektor berharap hasil dari seminar ini harus benar-benar ditindak lanjuti secara cepat untuk membangun prodi sejarah menuju prodi yang unggul.
Dikesempatan yang sama Wakil Dekan Bidang Akademik Fakultas Pendidikan dan Ilmu Keguruan Universitas Pattimura Karolis Anaktototy dalam sambutannya mengatakan bahwa selaku pimpinan di Fakultas selalu mendorong Program studi dilingkunganya agar dapat menyelenggarakan kegiatan ini baik di level nasional maupun internasional.
“Kita tidak bisa pungkiri bahwa kita selaku komunitas akademik dan ilmiah, kegiatan seperti ini kegiatan dimana kita bisa membagi hasil-hasil penelitian kita dan juga lewat kegiatan seperti ini juga kita bisa mendapat pengetahuan dari narasumber dari perguruan tinggi yang lain,” ungkap Anaktototy.
Dikatakan, mahasiswa tidak hanya belajar diruang kelas melalui mata kuliah tetapi juga ada event diluar kelas yang melatih mereka untuk membuat refleksi, berpikir kritis dan analitis apalagi tentang sejarah.
“Sejarah itu bukan soal kita mengingat tempat dan waktu peristiwa saja melainkan apa sebenarnya makna dari peristiwa tersebut dan sejarah merupakan pengalaman dan pembelajaran berharga untuk kita menata masa depan,” ungkap Anaktototy.
Anaktototy berharap seminar seperti ini tetap terus didorong dan berkelanjutan agar dapat memberikan dampak positif bagi pengembangan program studi sejarah dan yang lain terkhusus dan di tingkat Fakultas. (BM31)