Ambon, – Konflik berdarah antar warga yang terjadi di Kecamatan Seram Utara Kabupaten Maluku Tengah pada Kamis (3/4/2025) dinihari melibatkan tiga negeri bertetangga yaitu Negeri Sawai, Negeri Masihulan dan Rumaholat.
Berdasarkan informasi yang di himpun media ini dari berbagai sumber bahwa, akar permasalahan konflik berawal dari masalah batas tanah petuanan antara beberapa negeri yang ada di kecamatan Seram Utara di antaranya batas tanah milik negeri Sawai dengan negeri Huaulu yang sudah sampai pada proses hukum di Pengadilan Negeri Masohi.
Ketidakpuasan masyarakat negeri Sawai ini akhirnya menimbulkan konflik, di mana konflik awal terjadi antara masyarakat Sawai dengan masyarakat Rumaholat yang kemudian merembet sampai ke negeri Masihulan.
Akibat konflik tersebut, informasi yang di dapat media ini dari berbagai sumber bahwa ada korban jiwa diantaranya Bripda Husni Abdullah anggota Polres Maluku Tengah yang bertugas di Polsek Seram Utara (meninggal dunia) serta beberapa rumah warga di negeri Masihulan hangus terbakar yang di lakukan oleh kelompok masyarakat yang bertikai.
Akibat konflik Berdarah di seram Utara yang melibatkan tiga negeri bertetangga ini menimbulkan reaksi dari berbagai pihak terutama tokoh agama di Maluku yaitu Kepala Kantor Wilayah (Kakanwil) Kementerian Agama Maluku, Ketua sinode GPM dan juga Ketua GAMKI Maluku.
Kendati demikian Kakanwil Kementerian Agama Provinsi Maluku H. Yamin menghimbau agar masyarakat negeri Rumaholat, Masihulan dan Sawai di Kecamatan Seram Utara, Kabupaten Maluku Tengah harus mengakhiri konflik ini dan kembali duduk satu meja untuk melakukan penyelesaian.
Sebagai Kakanwil Kemenag Maluku, kami baru menerima informasi bahwa bentrokan terjadi hari ini.
Untuk itu sebagai tokoh dan pemuka agama di Maluku saya sebagai Kakanwil Agama mengimbau mari kita sama-sama menyelesaikan masalah ini secara damai tanpa harus dengan kekerasan atau konflik, pintanya.
Menurut Yamin bahwa kondisi antara ketiga negeri masih terjadi ketegangan, ada pengakuan dari warga setempat sudah ada korban berjatuhan dari insiden tersebut.
Ini sangat disayangkan, Maluku yang damai, yang kuat toleransinya kembali disayat dengan kejadian-kejadian bentrokan dan konflik seperti ini.
Untuk itu warga yang saling bertikai, marilah menghentikan pertikaian tersebut dan saling hidup berdampingan karena pertikaian seperti ini tidak bisa menyelesaikan masalah dan bahkan menimbulkan kerugian besar bagi kita semua baik itu pemerintah daerah, pemerintah negeri maupun masyarakat.