Oleh: Collin Leppuy
Kemenangan telak pasangan Hendrik Lewerissa-Abdullah Vanath (LAWAMENA) atas Murad Ismail-Michael Wattimena (2M) dan Jeffry Apoly Rahawarin-Mukti Keliobas (JAR-AMK) sungguh diluar dugaan. Data hasil hitung cepat sekitar pukul 18:26 pasca pencoblosan menunjukkan LAWAMENA unggul di posisi 50,92% sementara pasangan 2M tertinggal jauh di angka 26,75% dan JAR-AMK yang membayangi 2M di angka 22,33%.
Disebut kemenangan diluar dugaan karena banyak pihak memprediksi jika LAWAMENA menang pun pasti menang tipis sementara sebagian kalangan meyakini 2M justru keluar sebagai pemenang karena alasan identitas tertentu, apalagi isu identitas ini dikelola dengan sangat masif.
Paling tidak ada beberapa alasan fundamental yang melatari kemenangan LAWAMENA antara lain:
PRABOWO-JOKOWI EFFECT
Bergabungnya dua kekuatan besar Prabowo dan Jokowi pada Pilpres 2024 yang berujung pada kemenangan Prabowo sebagai Presiden Republik Indonesia termasuk menang telak di Maluku justru membawa angin segar bagi pasangan LAWAMENA di Pilkada Gubernur Maluku, apalagi jarak antara Pilpres dan Pilkada Serentak tidak terlalu jauh.
Dalam Pilgub Maluku, para pendukung fanatik Jokowi dan Prabowo kembali mendukung LAWAMENA karena mereka menilai Hendrik Lewerissa adalah orang terdekatnya Presiden Prabowo Subianto yang apabila menjadi Gubernur di Maluku, tentu saja dapat mendorong percepatan pembangunan Maluku yang lebih baik.
Model kampanye yang menempelkan wajah Prabowo di Baliho dan spanduk-spanduk nyatanya memiliki daya pikat paling efektif yang akhirnya membuat para pendukung Prabowo di Maluku yang tadinya terbagi ke pasangan lain bermigrasi mendukung LAWAMENA. Hal yang sama juga terjadi pada para pendukung Jokowi karena mereka menangkap sinyal kolaborasi politik antara Jokowi dan Prabowo.
RAKYAT MALUKU MENGINGINKAN PERUBAHAN
Menjadi daerah termiskin keempat di Indonesia dengan pelayanan birokrasi yang buruk dan tingginya praktik korupsi, angka pengangguran yang terbilang fantastis, hutang 700 M yang harus ditanggung rakyat Maluku, gagalnya sejumlah proyek nasional penting seperti LIN dan ANP, janji pemindahan ibukota Provinsi ke Pulau Seram yang tidak terealisasi, birokrasi tidak dikelola secara profesional dan proporsional sebaliknya diatur oleh keluarga dan sekelompok orang lingkar kekuasaan adalah sedikit dari begitu banyaknya masalah yang membuat rakyat Maluku jenuh dan menginginkan perubahan melalui sosok pemimpin yang cerdas, berkarakter, rendah hati, dan punya networking yang kuat di pusat.
Terhadap sekelumit problem pembangunan Maluku tersebut, pasangan LAWAMENA dianggap sebagai solusi yang sangat tepat untuk memperbaiki Maluku minimal di 5 tahun ke depan. Salah satu faktor paling berpengaruh adalah dalam dua kali debat kandidat, pasangan LAWAMENA tampil sangat memukau. Hal itu justru memantapkan hati rakyat Maluku, setidaknya-tidaknya pemilih rasional untuk memilih pasangan LAWAMENA. Bahkan bila kita amati trend pergerakan pemilih di satu minggu sebelum pencoblosan, nampaknya pemilih rasional yang memantapkan hati untuk pasangan LAWAMENA tidak statis. Mereka bergerak dinamis dan melakukan penggalangan, minimal orang-orang sekitar mereka untuk memilih pasangan LAWAMENA.
ISU SARA TIDAK RELEVAN LAGI DI MALUKU
Tidak dapat dipungkiri bahwa pada Pilgub Maluku kali ini, isu SARA sangat kencang dikelola paslon tertentu. Mulai dari isu agama dengan kode 2-1 yang sejak awal sudah sangat kencang dihembuskan. Bahkan di H-1 isu Hendrik Lewerissa diasosiasikan dengan FKM RMS sangat kencang dihembuskan sebagai bentuk character assassination rupanya tidak laris manis lagi di pasaran politik Maluku. Rakyat Maluku nampaknya mengerti bahwa kampanye hitam semacam itu tidak penting untuk diserap apalagi dijadikan referensi dalam menentukan pilihan politik.
Dengan kata lain, rakyat Maluku paham betul bahwa Hendrik Lewerissa seratus persen adalah NKRI. Teori politik proof balloon menjelaskan semakin seorang pemimpin politik yang sudah dicintai rakyat diserang, semakin rakyat mencintainya. Itulah yang terjadi dalam Pilgub Maluku 2024 ini dimana pasangan LAWAMENA menang telak dari pasangan yang lain. Olehnya itu, kemenangan LAWAMENA membuktikan bahwa isu SARA tidak relevan lagi dijadikan bahan bakar politik di Maluku.
FIGURITAS HENDRIK LEWERISSA
Hendrik Lewerissa bukanlah politisi biasa. Dia adalah pemain belakang panggung Prabowo Subianto yang penting dan memiliki segudang pengalaman dan track record yang sangat positif. Pernah bersekolah di Amerika Serikat menjadikan salah satu putra terbaik Maluku asal Negeri Itawaka itu memahami geo politik apalagi sekedar memahami Maluku. Di lain sisi, HL, begitu sebutan umumnya, dikenal rendah hati, santun dan cerdas. Minimal karakter kepemimpinan seperti itulah yang dibutuhkan Maluku saat ini untuk membalut luka yang diakibatkan oleh pemimpin tangan besi, suka marah-marah bahkan mengajak rakyat berkelahi.
Sudah sangat lama rakyat Maluku menginginkan sosok pemimpin berkelas dunia dan memahami kemana dia harus membawa rakyatnya pergi. Dan Hendrik Lewerissa dianggap tepat untuk kebutuhan Maluku di etape saat ini.
PENDUKUNG FANATIK ABDULLAH VANATH TIDAK BERGESER
Abdullah Vanath adalah petarung politik yang tangguh di Maluku. Singa podium yang tak lekang oleh waktu. Sejak Pilgub Maluku 2013 dan 2018 lalu, Vanath sudah berhasil membangun imperium kekuatan politiknya di akar rumput. Gaya politik karismatik, bersuara merdu, sederhana dan kemampuan orasi politik di atas rata-rata membuat kapitang Nusa Ina itu mampu menghipnotis rakyat Maluku dan membangun basis kekuatan fanatiknya yang masih bertahan hingga saat ini.
Hal itu terbukti dari hasil survei bakal Calon Wakil Gubernur Maluku dimana Abdullah Vanath menempati posisi tertinggi, sehingga memilih Vanath sebagai calon Wakil Gubernur Maluku adalah pilihan paling tepat dan menjadi salah satu alasan mengapa pasangan LAWAMENA unggul sebagai pemenang.
Brangkali beberapa alasan ini menjadi alasan paling penting dari kemenangan pasangan LAWAMENA. Kemenangan LAWAMENA adalah kemenangan rakyat Maluku. (BM31)