BM31News
BM31News

Bakudapa Orang Basudara Perkuat Harmoni Negeri Suli dalam Bingkai Pancasila

GMPNSuli gelar Bakudapa Orang Basudara sebagai momentum penguatan semangat kebangsaan dan kearifan lokal dalam pembangunan berkelanjutan.

Suli-Maluku Tengah, – Dalam rangka memperingati Hari Lahir Pancasila, Gerakan Masyarakat Peduli Negeri Suli (GMPNSuli) menggelar kegiatan bertajuk Bakudapa Orang Basudara, Kamis (5/6/2025) di Grand Ballroom Hotel The Natsepa, Ambon. Acara ini menjadi ruang pertemuan lintas generasi yang menegaskan kembali pentingnya nilai Pancasila sebagai fondasi kehidupan masyarakat multikultural dan pembangunan berbasis kearifan lokal.

Kegiatan yang dimulai pukul 14.00 WIT ini menghadirkan tokoh masyarakat, pemerintah daerah, pemuda, pelajar, dan diaspora Negeri Suli. Pembukaan resmi dilakukan oleh Ketua Saniri Negeri Suli, Garaldus J. Alputila, yang mewakili Raja Negeri Suli.

“Kami ingin menjadikan momentum ini sebagai pengingat bahwa Pancasila bukan sekadar dokumen negara, melainkan identitas hidup bersama orang basudara yang saling peduli dan menopang,” kata Ketua Saniri Negeri Suli, Garaldus J. Alputila.

Acara dilanjutkan dengan sesi utama Dialog Orang Basudara yang dipandu oleh Nonce Wattimena dan menghadirkan Ketua GMPNSuli, Maryo Lainsamputty, sebagai pembicara. Dialog ini menjadi wadah refleksi kritis dan ajakan kolektif untuk menghidupkan kembali semangat pela gandong sebagai warisan nilai yang telah lama menjadi bagian dari masyarakat Maluku.

“Pancasila hadir dari bumi ini, dari semangat kebersamaan yang telah hidup jauh sebelum republik ini berdiri. Melalui dialog ini, kami ingin mengembalikan semangat itu sebagai fondasi pembangunan di Suli,” ujar Ketua GMPNSuli, Maryo Lainsamputty.

Maryo juga menegaskan bahwa pembangunan tidak dapat dilepaskan dari nilai dan budaya lokal. Ia mengkritisi pola pembangunan yang terlalu berorientasi proyek dan mengabaikan roh sosial masyarakat.

“Kalau pembangunan hanya mengejar angka tanpa merawat nilai, maka kita sedang menggali jurang pemisah di antara kita sendiri. Kita butuh pembangunan yang hidup, yang berjiwa Pancasila,” kata Maryo menegaskan.

Dialog berlangsung dinamis dengan partisipasi aktif dari peserta lintas golongan. Kehadiran pemuda, tokoh agama, aparat pemerintahan, dan warga diaspora menambah kekayaan perspektif dalam diskusi yang digelar dengan penuh semangat dan kesadaran.

Pentas seni budaya yang menampilkan tari dan lagu daerah oleh Sanggar Kalawai Nalawano menambah kedalaman makna kegiatan ini. Seni dijadikan medium penyampai nilai yang tidak kalah kuat dibandingkan diskusi verbal. BM31News

“Lewat budaya, kita menyuarakan nilai. Lewat nilai, kita membangun kesadaran kolektif,” ungkap Chelsia Dirks Tapilaha, koordinator Sanggar Kalawai Nalawano, saat ditemui usai pertunjukan.

Kegiatan ini juga didukung oleh manajemen Hotel The Natsepa yang menyediakan fasilitas dan turut mempromosikan nilai-nilai lokal sebagai bagian dari tanggung jawab sosial perusahaan.

“Kami ingin kegiatan ini menjadi ruang tetap. Sebab negeri ini butuh ruang-ruang yang membangun, bukan yang memecah,” tutup Maryo dalam pernyataan penutupnya.

Di penghujung acara, seluruh peserta menyatakan komitmennya untuk menjadikan Bakudapa Orang Basudara sebagai agenda tahunan. Kegiatan ini dinilai penting sebagai wahana konsolidasi sosial dan penguatan identitas kebangsaan di tengah dinamika zaman.

Bakudapa Orang Basudara menjadi bukti bahwa refleksi nilai tidak harus dilakukan dalam ruang akademik atau lembaga formal, tetapi dapat hadir dalam suasana hangat yang mengikat hati masyarakat.

Dengan latar peringatan Hari Lahir Pancasila, kegiatan ini menegaskan bahwa nilai dasar bangsa Indonesia masih hidup dan relevan, khususnya di Negeri Suli yang menjunjung tinggi prinsip orang basudara. (BM31)

Loading


Dapatkan berita terbaru dari BM31News.com langsung di ponsel Anda! Klik untuk bergabung di Channel WhatsApp dan Telegram kami sekarang juga.
BM31News BM31News BM31News BM31News BM31News BM31News BM31News BM31News BM31News