Ambon, – Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Pattimura menggelar Seminar Pembangunan Daerah bertajuk “Reinventing Ekonomi Maluku Dalam Maluku Integrated Port” pada Rabu (28/5/2025) di Student Center FKIP Unpatti, Ambon. Kegiatan ini menjadi forum strategis dalam membedah masa depan ekonomi Maluku melalui pengembangan pelabuhan terintegrasi sebagai episentrum logistik dan perdagangan regional.
Seminar ini menghadirkan narasumber utama Wakil Gubernur Maluku Abdullah Vanath, Wakil Ketua Komisi II DPRD Provinsi Maluku Johan Johanis Lewerissa, dan Wakil Rektor Bidang Kerjasama dan Sistem Informasi Unpatti Ruslan H. S. Tawari, serta diikuti oleh ratusan mahasiswa FEB Unpatti.
“Maluku Integrated Port bukan sekadar proyek infrastruktur, ini adalah jantung baru pendekatan Ekonomi Maluku. Melalui pelabuhan terintegrasi ini, kita membangun konektivitas, mempercepat logistik, dan membuka pasar global,” kata Wakil Rektor Bidang Kerjasama dan Sistem Informasi, Ruslan H. S. Tawari.
Ia menekankan bahwa konsep reinventing ekonomi berarti mengubah pola pikir dan strategi pembangunan dari semata-mata pembangunan fisik ke arah ekonomi maritim berbasis kepulauan dan ekosistem investasi berkelanjutan.
“Maluku bisa menjadi pusat logistik maritim Indonesia timur dan simbol strategis blue economy. Tapi ini hanya bisa terwujud jika akademisi, pemerintah, dan dunia usaha bersinergi,” tegas Tawari.
Wakil Gubernur Maluku Abdullah Vanath menilai bahwa pelabuhan terintegrasi ini merupakan solusi konkret atas problem struktural ekonomi kepulauan, terutama terkait distribusi bahan pokok dan tingginya biaya logistik.
“Sebagai daerah kepulauan yang rentan kenaikan harga, solusinya adalah distribusi dari Maluku Integrated Port ke kabupaten/kota lain menggunakan kapal RORO. Ini efisien karena tak perlu crane besar,” jelas Wakil Gubernur, Abdullah Vanath.
Ia juga mengungkapkan alasan pergantian nama dari Ambon New Port menjadi Maluku Integrated Port sebagai upaya inklusi dan penerimaan oleh seluruh wilayah di Maluku. Lokasinya pun digeser dari Pulau Ambon ke Pulau Seram, tepatnya di Waisarisa, untuk menciptakan pusat pertumbuhan baru.
“Kami pindahkan lokasinya agar tidak semua terpusat di Pulau Ambon. Ini akan mempercepat pemerataan dan mobilisasi ekonomi masyarakat Seram,” tambah Vanath.
Menurutnya, proyek ini akan menjadi pemicu pertumbuhan ekonomi daerah, membuka lapangan kerja, dan menarik investasi. Namun semua itu menuntut peran aktif seluruh masyarakat.
“Saya dan Gubernur akan berjuang ke pemerintah pusat dan meyakinkan investor, tapi kami butuh dukungan masyarakat Maluku yang terdidik untuk ciptakan rasa aman dan optimisme,” pungkasnya.
Sementara itu, Wakil Ketua Komisi II DPRD Maluku, Johan Johanis Lewerissa, dalam paparannya menyebutkan bahwa DPRD akan mengawal penuh program pembangunan pelabuhan ini agar tidak hanya menjadi proyek elit, tetapi benar-benar menyentuh kebutuhan rakyat.
Seminar ini menjadi ruang diskusi terbuka yang mempertemukan pemangku kepentingan untuk merumuskan kebijakan pembangunan daerah berbasis maritim, dan memperkuat peran akademisi dalam membentuk narasi pembangunan yang inklusif dan berkelanjutan. (BM31)