Ambon, – Sejumlah mahasiswa dari berbagai organisasi kemasyarakatan pemuda (OKP) yang tergabung dalam Cipayung Plus Kota Ambon menggelar aksi damai di depan Kantor DPRD Provinsi Maluku, Kamis (22/5/2025). Aksi ini merupakan bentuk protes atas kematian Firdaus Ahmad Fauzi, pendaki asal Bogor, yang meninggal di kawasan Gunung Binaiya, Taman Nasional (TN) Manusela.
Aksi yang dipimpin Koordinator Lapangan, Eston Halamury, menuntut pertanggungjawaban Kepala Taman Nasional Manusela, Deny Rahadi, atas dugaan kelalaian dalam pencarian korban yang baru ditemukan dalam kondisi tidak bernyawa pada hari ke-21 sejak dilaporkan hilang.
“Kehadiran kami di sini untuk menuntut pertanggungjawaban Kepala Taman Nasional Manusela atas kematian Firdaus Ahmad Fauzi. Penjelasan detail tahap pencarian hingga hasil otopsi sangat kami butuhkan,” kata Eston Halamury.
Mahasiswa juga mendesak Kementerian Kehutanan untuk segera mencopot Deny Rahadi dari jabatannya. Mereka menilai kepala Taman Nasional Manusela tidak menunjukkan itikad baik dan tanggung jawab dalam menjalankan tugasnya.
“Kami mendesak Menteri Kehutanan Raja Juli Antoni segera mencopot Kepala Taman Nasional Manusela karena tidak mampu melindungi pendaki dan masyarakat adat di kawasan itu,” ujar Eston dalam orasinya.
Selain itu, massa juga menyampaikan keberatan terhadap pernyataan Kepala Taman Nasional Manusela yang dinilai tidak empatik kepada keluarga korban. Mereka menilai sikap tersebut sebagai bentuk pelepasan tanggung jawab yang tidak manusiawi.
“Pernyataannya yang meminta keluarga untuk mengikhlaskan kematian Firdaus sungguh mencederai rasa kemanusiaan dan tidak bisa diterima,” ujar salah satu peserta aksi.
Dalam tuntutannya, mahasiswa menginginkan adanya audit menyeluruh terhadap SOP keselamatan di kawasan konservasi Taman Nasional Manusela. Mereka juga mendesak agar status taman nasional tersebut ditinjau ulang.
“Kami meminta pencabutan status Taman Nasional Manusela karena keberadaannya justru merugikan masyarakat adat dan tidak lagi sesuai dengan tujuan konservasi,” tambah Eston.
Mahasiswa menilai kematian Firdaus bukanlah kecelakaan biasa, melainkan akibat dari lemahnya sistem keselamatan dan pengawasan di kawasan pendakian tersebut.
Aksi berlangsung damai dengan pengawalan aparat keamanan. Perwakilan mahasiswa kemudian diterima langsung oleh Komisi II DPRD Maluku untuk menyampaikan tuntutan secara resmi. (BM31-JP)