Ambon, – Sebagai bagian dari peringatan Dies Natalis ke-64 Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP), Dharma Wanita Persatuan (DWP) FKIP Universitas Pattimura menggelar pasar murah yang berlangsung di pelataran Student Center Unpatti pada Kamis (5/6/2025). Kegiatan ini menjadi respons konkret terhadap keterbatasan daya beli masyarakat yang terdampak efisiensi anggaran pemerintah.
Dengan inisiatif mandiri, pasar murah ini diselenggarakan tanpa dukungan dana pemerintah, sebagai bentuk kepedulian sosial akademik terhadap kondisi ekonomi warga kampus dan masyarakat sekitar. Mulai pukul 09.00 WIT, ratusan pengunjung memadati lokasi untuk membeli kebutuhan pokok dengan harga yang jauh di bawah harga pasar.
Sejumlah kebutuhan pokok dijual dengan harga terjangkau, seperti beras Phinisi 5 kg seharga Rp 79.000, minyak goreng Fortune 1 liter Rp 21.000, dan telur ayam 10 butir hanya Rp 20.000. Sementara paket sembako tujuh item dapat dibeli dengan harga total Rp 225.000. Harga-harga ini diperoleh melalui kerja sama langsung dengan distributor lokal dan sponsor usaha, tanpa campur tangan subsidi pemerintah.
Penyelenggaraan pasar murah ini menjadi simbol bahwa lembaga pendidikan tinggi memiliki kemampuan dan tanggung jawab sosial dalam membantu masyarakat, khususnya di saat negara melakukan pengetatan belanja negara. Efisiensi anggaran yang diterapkan pemerintah berdampak pada keterbatasan intervensi harga barang pokok, sehingga inisiatif dari masyarakat kampus menjadi sangat krusial.

FKIP Unpatti, melalui DWP-nya, menunjukkan bahwa kepedulian terhadap akses pangan masyarakat dapat dijalankan melalui skema kerja sama independen antara institusi dan mitra usaha, tanpa harus menunggu program bantuan dari pemerintah pusat maupun daerah.
Lebih dari sekadar transaksi jual beli, pasar murah ini menjadi bagian dari pengabdian institusional FKIP Unpatti. Dalam konteks akademik, kegiatan tersebut juga mencerminkan penguatan peran Tri Dharma Perguruan Tinggi, khususnya dalam bidang pengabdian kepada masyarakat.
Pelaksanaan pasar murah ini juga menjadi preseden bahwa gerakan sosial kampus dapat menjawab tantangan ekonomi masyarakat secara langsung, sekaligus memperkuat hubungan antara institusi pendidikan dan masyarakat sekitar.
Kegiatan ini diharapkan dapat menjadi model bagi institusi pendidikan lain di Indonesia untuk terlibat aktif dalam mendukung ketahanan ekonomi masyarakat, terlebih dalam situasi ketika alokasi anggaran negara semakin terbatas. (BM31)