BM31News
BM31News
BM31News BM31News

Penerapan Isometric Handgrip Exercise untuk Menurunkan Tekanan Darah pada Penderita Hipertensi

Oleh: Usman B. Ohorella, S.Kep., Ns., M.Kep., Sp.Kep., MB

Hipertensi adalah gangguan pada pembuluh darah yang mengakibatkan suplai oksigen dan nutrisi di dalam darah menjadi tersendat, sehingga tidak sampai ke jaringan yang membutuhkan. Pembuluh darah yang tersendat akan meningkatkan tekanan darah, tinggi rendahnya tekanan darah akan mempengaruhi homeostatis (kondisi seimbang) dalam tubuh manusia.

Normalnya, orang dewasa muda memiliki tekanan darah yang berkisar 120/70 mmHg dalam kondisi istirahat. Menurut WHO, seseorang dikatakan hipertensi apabila tekanan sistolik melebihi 140 mmHg dan tekanan diastolik melebihi 90 mmHg setelah diukur tiga kali pada waktu yang berbeda (Pratiwi, 2020; Zainuddin & Labdullah, 2020).

Hipertensi bisa disebabkan oleh tekanan darah yang mengalami peningkatan melalui 3 mekanisme. Pertama, jantung mengalirkan lebih banyak cairan dengan memompa lebih kuat. Kedua, arteri besar menjadi kaku karena kehilangan kelenturan yang disebabkan oleh penebalan dinding arteri atau penyumbatan arteri oleh penumpukan kolesterol. Ketiga, terjadi pertambahan cairan dalam sirkulasi yang terhadi ketika ginjal mengalami kelainan fungsi ekskresi, sehingga tidak mampu membuang garam dan mineral yang berlebihan di dalam tubuh (Ridwan, 2020; Trisnawan, 2019).

BM31News

Menurut data yang dikutip langsung dari artikel resmi World Health Organization (WHO), diperkirakan 1,28 miliar orang dewasa berusia 30-79 tahun di seluruh dunia menderita hipertensi, sebagian besar (dua pertiga) tinggal di negara-negara berpenghasilan rendah dan menengah termasuk Indonesia. Diperkirakan 46% orang dewasa penderita hipertensi tidak menyadari bahwa mereka mengidap penyakit tersebut, dan kurang dari separuh orang dewasa (42%) penderita hipertensi didiagnosis dan diobati.

WHO menyakatakan bahwa hipertensi merupakan penyebab utama kematian dini di seluruh dunia. Sehingga salah satu target global untuk penyakit tidak menular adalah, mengurangi prevalensi hipertensi sebesar 33% antara tahun 2010 dan 2030 (Pratt et al., 2023).

Berdasarkan data dari Survei Kesehatan Indonesia (SKI) tahun 2023, bahwa hipertensi terjadi pada kelompok umur 35-44 tahun (27,2%), umur 45-54 tahun (39,1%), umur 55-64 tahun (49,5%). Di Provinsi Maluku, prevalensi penderita Hipertensi sebesar 3.994 orang atau sekitar 27,3% dimana terjadi peningkatan 78 penderita dari 5 tahun sebelumnya. Bila dibandingkan dengan Provinsi yang lain, Provinsi Maluku memiliki jumlah prevalensi yang rendah, hal ini tentu berhubungan dengan jumlah penduduk di Provinsi Maluku yang rendah bila dibandingkan dengan julmah penduduk di Indonesia, yaitu sekitar 1.945.648 jiwa atau setara dengan 0,7% dari 279.368.824 jiwa seluruh penduduk Indonesia.

Pernyataan ini mendukung rendahnya prevalensi penderita hipertensi di Provinsi Maluku sebanding dengan jumlah penuduknya, sehingga meskipun rendah, masalah hipertensi di Provinsi Maluku harus tetap menjadi perhatian pemerintan dan mendapatkan penanganan yang lebih serius (Kementerian Kesehatan RI, 2023).

BM31News

Berdasarkan data yang diperoleh dari Dinas Kesehatan Kabupaten Maluku Tengah, jumlah penduduk kategori usia produktif (berusia 15 tahun ke atas) pada tahun 2023 yang terdata dari 33 Puskesmas sebanyak 382.129 jiwa, dengan prevalensi 63.359 dan sebanyak 48.865 jiwa (75,8%) yang terdeteksi hipertensi setelah melakukan pemeriksaan tekanan darah di fasilitas pelayanan kesehatan, sedangkan 24,5% penduduk lainnya tidak melakukan pemeriksaan tekanan darah ke fasilitas pelayanan kesehatan. Dibandingkan dengan data di tahun sebelumnya terjadi peningkatan angka prevalensi dan penderita hipertensi yang terdeteksi, yaitu pada tahun 2022, terdata prevalensi 48.339 dan sebanyak 40.865 jiwa (84,5%) yang terdeteksi hipertensi setelah melakukan pemeriksaan tekanan darah di fasilitas pelayanan kesehatan, sedangkan 15,5% penduduk lainnya tidak melakukan pemeriksaan tekanan darah di fasilitas pelayanan kesehatan.

Dari data di atas, terjadi peningkatan prevalensi dengan selisih sebanyak 668, hal ini tidak sejalan dengan upaya pemerintah dalam menurunkan prevalensi setiap tahunnya. peningkatan prevalensi ini bersamaan dengan peningkatan kasus temuan hipertensi di penduduk Maluku Tengah. Seiring dengan pertambahan prevalensi dan kasus temuan ini, maka masyarakat Maluku tengah secara tidak langsung berisiko menghadapi dampak lanjutan yang lebih parah bila masalah hipertensi ini tidak segera diatasi (Trisnawan, 2019).

Dampak yang muncul bisa berupa dampak ringan seperti sakit kepala, pegal – pegal, perasaan tidak nyaman di tengkuk, detak jantung cepat dan telinga berdenging. Sementara untuk dampak berat, berupa gagal jantung, pecah pembuluh daah kapiler di otak (stroke hemoragik), hingga kematian mendadak. Kejadian kematian mendadak inilah yang membuat hipertensi sering disebut the silent killer. Istilah ini digunakan karena kebanyakan penderita hipertensi tidak mengetahui bahwa dirinya mengidap hipertensi, hal ini disebabkan kebanyakan pengidap hipertensi tidak merasa ada perubahan dalam tubuhnya.

Ikuti BM31News untuk mendapatkan artikel-artikel terkini,
Klik DISINI
BM31News BM31News
error: Konten Dilindungi !