BM31News
BM31News
BM31News
BM31News BM31News

Sasi Laut, Sebuah Tradisi Unik di Maluku untuk Menjaga Kelestarian Sumber Daya Alam

Ambon, – Sasi laut sangat dikenal oleh Masyarakat di sekitar pesisir Pantai di Maluku. Sasi merupakan sebuah larangan untuk mengambil atau memanen suatu komoditi sebelum masa panen dan dikukuhkan dalam sebuah upacara adat untuk menjaga kelestarian sumber daya alam, agar berkesinambungan sehingga dapat dinikmati oleh anak cucu yang akan datang. Selain itu, sasi laut juga berfungsi sebagai sebuah petunjuk mengenai teritorial atau wilayah petuanan adat yang dimiliki oleh sebuah negeri (desa) di Maluku dan diakui oleh masyarakat adat.

Sebuah Focus Grup Discussion (FGD) yang bertemakan Pengelolaan Sumber daya Berbasis Masyarakat dalam kaitannya dengan Blue Economy yang digelar bersama Pimpinan dan Perwakilan Dosen Program Studi/Jurusan dalam lingkup FPIK, staf pemerintah Rutong dan sejumlah LSM banyak memberikan masukan dan saran secara akademik tentang manfaat sasi laut bagi kelestarian sumber daya alam di laut.

BM31News

FGD dengan narasumber Jacobus Wilson Mosse, J. Abrahamsz, V. J. Pical ini dapat memberikan masukan yang sangat penting Ocean Policy Research Institute (OPRI) yang saat itu dihadiri oleh Sasakawa Peace Fondation mengutus Michael C. Huang (Senior Research Fellow Division of Ocean Policy Research, OPRI) ketika berkunjung ke Ambon.

Menurut berbagai ahli, sasi laut mencakup aspek konservasi, sosial dan ekonomi, yang mengatur pemanfaatan laut secara bijaksana dan berkelanjutan melalui aturan adat yang telah diwariskan turun-temurun.

Dalam FGD tersebut, OPRI turut menaruh perhatian terhadap Sasi Laut, karena sebagai lembaga Think, Do and Innovate-Tank, OPRI memiliki pandangan yang komprehensif terhadap berbagai isu terkait kelautan, menganalisis tantangan melalui pendekatan ilmiah yang memadukan ilmu pengetahuan alam dan sosial serta humaniora.

BM31News

OPRI mengusulkan strategi yang layak untuk dijadikan acuan bagi para pembuat kebijakan di komunitas internasional dan berupaya menciptakan lingkungan yang kondusif untuk mewujudkan kebijakan ini. OPRI, berkomitmen untuk menggunakan pendekatan penelitian kebijakan guna membantu menyelesaikan berbagai tantangan kelautan yang dihadapi dan membantu membangun tata kelola kelautan baru sehingga dapat memastikan generasi mendatang dapat menikmati perairan yang sehat di tahun-tahun mendatang.

Senior Research Fellow Division of Ocean Policy Research Bersama Pimpinan dan Perwakilan Dosen FPIK-UNPATTI juga sempat melakukan kunjungan lapangan di Negeri Rutong-Kota Ambon, Kamis (19/9/24) lalu.

Staf Ahli Pemerintah Negeri Rutong menjelaskan bagaimana kolaborasi antara Warga dan Pemerintah Negeri menjaga dan melestarikan sumber daya laut dengan tradisi berbasis Kearifan Lokal “Sasi Laut”. Uniknya, pengelolaan Sasi Laut (terhadap jenis biota tertentu: Teripang, Lola dan Lobster) belangsung seiring dengan pelestarian mangrove dan hutan sagu dimana habitat ketiganya terletak berdampingan.

Selanjutnya tim juga berkunjung ke Desa Larike, Kecamatan Lehitu, Kabupaten Maluku Tengah Jumat (20/9/24) lalu, rombongan yang sama menyaksikan harmonisasi alam: Hutan (flora), belut raksasa (Anguila sp) yang oleh masyarakat lokal disebut “morea” (fauna) hidup pada aliran Sungai Wailela (air tawar) dan memijah di pesisir laut (air asin) Larike.

Kombinasi Sasi Laut dengan pelestarian mangrove dan hutan sagu di Negeri Rutong serta Harmonisasi Alam: Flora, fauna, sungai dan pesisir laut di Desa Larike merupakan fenomena menarik yang dijumpai pada kehidupan masyarakat pesisir Pulu Ambon sehingga kedua wilayah tersebut telah berkembang menjadi wilayah kunjungan wisata. Hasil FGD Sasi Laut dan Kunjungan Lapang untuk menyaksikan penerapan Sasi Laut, menginsiprasi kolaborasi riset FPIK-UNPATTI-OPRI guna menginventarisasi Sasi Laut yang telah dipraktikan secara turun- temurun di Maluku, sejauh mana keefektifannya dan bagaimana pengembangannya. (BM31)

Ikuti BM31News untuk mendapatkan artikel-artikel terkini,
Klik DISINI
Penulis: Humas UnpattiEditor: Jems Beniko