Ambon, – Pelatihan Capacity Building dengan tema “CORE STEP: Solusi Berbasis Pengetahuan yang Inovatif untuk Sistem Layanan Kesehatan Primer yang Inklusif dan Siap Menghadapi Perubahan Iklim” dilaksanakan atas kerja sama Universitas Syiah Kuala Banda Aceh, Griffith University dan Universitas Pattimura berlangsung di Aula Lt. 3 Gedung Pascasarjana UNPATTI pada Selasa (30/4/2024).
Kegiatan Capacity Building yang dibuka secara resmi oleh Pieter Kakisina selaku Wakil Rektor Bidang Umum dan Keuangan UNPATTI adalah upaya meningkatkan kapasitas individu, kelompok atau organisasi dalam mencapai tujuan atau visi tertentu. Kegiatan ini bertujuan untuk meningkatkan kemampuan baik individu, tenaga kesehatan maupun lembaga kesehatan dari aspek ilmu pengetahuan, keterampilan maupun perilaku dalam menghadapi dampak atau fenomena yang terjadi karena perubahan iklim.
Leader Peneliti Indonesia Project Core Step Rina Suryani Oktari dalam sambutanya megatakan kegiatan ini merupakan bentuk penelitian yang telah dilakukan sejak 2 tahun yang lalu dengan nama Project Core Step yang bertujuan untuk mempersiapkan puskesmas agar lebih inklusif dan lebih paham dalam menghadapi dampak dari perubahan iklim.
“Perubahan iklim dampaknya juga memberikan kontribusi yang signifikan pada sektor kesehatan dan pelatihan ini untuk memberikan peningkatan dalam kapasistas pengetahuan juga keterampilan bagi tenaga kesehatan di puskesmas-puskesmas terkait dengan perubahan iklim yang berdampak pada kesehatan manusia,” ungkap Suryani.
Ia menambahkan perubahan iklim dan dampaknya dapat diukur tingkat resikonya dan upaya metigasi serta adaptasi yang dilakukan untuk mengurangi dampak yang ditimbulkan.
Agar kedepanya para peserta dapat menjadi agen perubahan dan dapat mengedukasi masyarakat serta tenaga kesehatan yang lainya tentang dampak buruk yang ditimbulkan oleh perubahan iklim di sektor kesehatan, harap Suryani.
Selain itu, Wendy Pelupessy selaku Kadis Kesehatan Kota Ambon menyampaikan terima kasih kepada pihak Project Core Step karena telah mimilih Kota Ambon sebagai wilayah penelitian yang berkolaborasi dengan Universitas Syiah Kuala Banda Aceh dan Griffith University dengan melibatkan beberapa mitra seperti Kementrian Kesehatan, ICLEI Indonesia, Universitas Pattimura dan Universitas Mataram.
“Dampak perubahan iklim sangat nyata terasa dan tuntutan akan inklusivitas dalam layanan kesehatan sehingga pelatihan ini dirancang untuk memperluas pengetahuan , keterampilan dan pemahaman staf puskesmas dalam menghadapi tantangan yang semakin kompleks dilapangan terutama terkait dengan kesehatan masyarakat” ungkapnya.
Pelupessy berharap agar tenaga kesehatan puskesmas sungguh-sungguh dan fokus mengikuti kegiatan ini, sehingga dapat menambah pengetahuan terkait upaya meminimalisir dampak yang ditimbulkan akibat perubahan iklim.
Dalam kesempatan itu, Kakisina yang mewakili Rektor UNPATTI mengatakan bahwa jika berbicara mengenai pelayanan kesehatan maka ini harus menjadi perhatian kita bersama, mengingat masih banyak hal yang harus dibenahi apalagi dalam kaitannya dengan inklusif.
“Kita tau bahwa saat ini terjadi perubahan iklim dan tim riset sangat tepat jika memilih Kota Ambon sebagai sampel, mengingat Provinsi Maluku merupakan provinsi kepulauan dimana sangatlah riskan jika berbicara tentang perubahan iklim,” ungkap Kakisina.
Jadi hal ini tidak bisa dipandang sebelah mata karena telah memberi dampak yang buruk terhadap kesehatan masyarakat, karena secara Epidemologi akan terjadi perubahan terhadap pergerakan penyakit yang disebabkan oleh perubahan lingkungan. Provinsi Maluku memiliki kurang lebih 1300 pulau yang konektivitasnya sangat dipengaruhi oleh kondisi laut sehingga pelayanan kesehatan itu menjadi sangat penting, tambah Kakisina.
Kakisina berharap agar para peserta pelatihan dapat mengikuti ini dengan baik karena kegiatan ini sangatlah penting dan kiranya kegiatan ini dapat berjalan dengan lancara sesuai dengan harapan kita semua.
Kegiatan itu diakhiri dengan pemberian cendera mata oleh pimpinan Universitas kepada Kadis Kesehatan Kota Ambon dan sesi foto bersama serta dilanjutkan dengan pemberian materi oleh tim riset Project Core Step kepada 20 peserta staf kesehatan Puskesmas Poka dan Puskesmas Benteng. (BM31)